1. Di Indonesia :
Berdasarkan kriteria limbah yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup, oli bekas termasuk kategori limbah B3. Meski oli bekas masih bisa dimanfaatkan, bila tidak dikelola dengan baik maka bisa membahayakan lingkungan. Sejalan dengan perkembangan industri dan volume oli bekas terus meningkat seiring dengan bertambah nya pengguna sepeda motor dan mesin - mesin bermotor. Dengan kata lain, penyebaran oli bekas sudah sangat luas.
- Dampak Pembuangan Oli Bekas
Jika kita bicara material oli pelumas bekas, maka itu tidak hanya berurusan dengan olinya sendiri, melainkan juga wadah dan saringan oli. Ketiganya, bila dibuang sembarangan akan menimbulkan masalah lingkungan. Oli bekas mengandung sejumlah zat yang bisa mengotori udara, tanah dan air. Oli bekas itu mungkin saja mengandung logam, larutan klorin, dan zat-zat pencemar lainnya. Satu liter oli bekas bisa merusak jutaan liter air segar dari sumber air dalam tanah.
Oli bekas juga dapat menyebabkan tanah kurus dan kehilangan unsur hara. Sedangkan sifatnya yang tidak dapat larut dalam air juga dapat membahayakan habitat air, selain itu sifatnya mudah terbakar yang merupakan karakteristik dari Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
- Proses Pengolahan danTiga Tahapan Daur Ulang Oli Bekas :
1. Cara pertama, daur ulang oli bekas menggunakan asam kuat untuk memisahkan kotoran dan aditif dalam oli bekas. kemudian dilakukan pemucatan dengan lempung. Produk yang dihasilkan bersifat asam dan tidak memenuhi syarat.
2. Cara kedua, campuran pelarut alkohol dan keton digunakan untuk memisahkan kotoran dan aditif dalam oli bekas. Campuran pelarut dan pelumas bekas yang telah dipisahkan di fraksionasi untuk memisahkan kembali pelarut dari oli bekas. Kemudian dilakukan proses pemucatan dan proses blending serta reformulasi untuk menghaasilkan pelumas siap pakai.
3. Cara ketiga. pada tahap awal digunakan senyawa fosfat dan selanjutnya dilakukan proses perkolasi dan dengan lempung serta dikuti proses hidrogenasi.
2. Di Luar Negeri ( Jepang ) :
Untuk kategori limbah non B3 kita bisa memanfaatkannya dengan proses daur ulang menjadi suatu produk yang bermanfaat. Namun untuk limbah B3 nampaknya proses daur ulang semacam ini tidak dimungkinkan karena adanya kandungan zat-zat berbahaya yang sangat tidak aman bagi manusia. Salah satunya solusinya adalah dengan mengubahnya menjadi energi dan listrik seperti yang dilakukan Jepang. Sebagai negara industri besar dunia, tentunya Jepang banyak sekali menghasilkan limbah kategori B3. Untuk itulah mereka mencoba memanfaatkan teknologi untuk mengolahnya sekaligus sebagai penghasil listrik yang bisa digunakan untuk daerah sekitarnya.
Sebagai tambahan informasi, DOWA juga memiliki pengolahan limbah di Indonesia, tepatnya di daerah Cileungsi, Bogor. Sebagai perusahaan yang bergerak di pengolahan limbah, mereka mempunyai beberapa pabrik pengolahan di Jepang dan luar Jepang.
Teknologi yang ditawarkan perusahaan ini adalah dengan sistem pembakaran dimana limbah tersebut dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi untuk menghasilkan energi guna membangkitkan listrik. Berbagai jenis limbah bisa diolah dengan teknologi ini, baik yang berbahaya maupun tidak, baik itu limbah cair maupun padat. Untuk proses pembakarannya dibantu dengan menggunakan limbah oli bekas yang mempunyai nilai kalori tinggi, disamping juga kalor yang dihasilkan dari limbah-limbah tersebut. Prinsip teknologinya adalah menggunakan sistem rotary kiln atau tungku berputar untuk membakar limbah-limbah padatnya yang kemudian dicampur dengan oli bekas untuk meningkatkan nilai kalornya.
Proses pembakaran ini akan menghasilkan gas pada suhu yang sangat tinggi mencapai 1000oC yang kemudian dikirim ke ruang pembakaran sekunder dimana disini limbah cair disemprotkan untuk mengontrol suhunya hingga turun menjadi sekitar 850oC. Setelah itu gas panas ini kemudian disuplai ke boiler untuk memanaskan air yang ada di dalamnya hingga menjadi uap. Uap yang dihasilkan ini kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin untuk kemudian dihubungkan ke generator listrik sehingga didapatlah produksi listrik melalui sistem ini. Untuk pabrik terbesar yang dipunyainya di Chiba, Jepang, dengan kapasitas 600 ton per hari limbah bisa menghasilkan listrik hingga mencapai 4 MW.
Listrik yang dihasilkan sebagain digunakan sendiri untuk instalasi ini dan sisanya bisa dijual untuk kemudian digunakan melistriki pabrik-pabrik yang ada di sekitar lokasi pembangkit ini.